Kakak Adik Itu
Kakak : (malam kisaran pukul 08.00 p.m) kaka’ keluar
sebentar ya de’ !
Adik : mau kemana ka’ ? ade’ takut sendirian
disini (gang jalan sebelah bak sampah)
Kakak : kaka’ mau nyari sisa makanan di warteg di
ujung aspal itu, ade’ lapar kan? (sambil
mengelus rambut kucel adiknya)
Adik : iya ka’, ka’ nanti bawa sisa ayam goreng
lagi ya ! (pinta adik dg lugunya)
Kakak : tentu, nanti akan kaka’ carikan paha buat
ade’ tp sabar ya ! Ingat jangan kemana-mana sbelum kaka’ pulang, janji !
(mengaitkan kelingking)
----Kaka’
berjalan, clingukan di depan warteg, kalau-kalau ada pembeli yang tak habis
makannya, mau langsung diminta. Naas, pemilik warteg mengusir kakak dengan
bumbu makian segala jenis penghuni Ragunan.
Kakak
: saya cuman mau sisanya saja bu’ ! (mata berkaca-kaca tak tahan dg makian)
Pemilik
warteg : saya laporkan satpol PP mau? (memegang sapu ijuk, dg mata melotot)
------Kaka’
lari, mengusap air mata dg kaos lusuh yg dikenakannya. Dari warteg satu ke
warteg dua, warteg tiga, empat, lima dst. Kini kaka’ mulai lelah dan terisak,
kaos lusuhnya makin lusuh sebab kaka’ slalu menggunakannya untuk mengelap air
mata dan peluh hampir di tiap harinya. Perlakuan sama dari semua pemilik warteg
malam itu cukup membobol hati kaka’.
Kakak : (pukul 09.00 p.m) aku harus secepatnya
pulang membawa makanan. Apa itu ? (mengorek tempat sampah) wah,,, Ayam. Ini yg
ade’ mau.
------Ditempat lain.
Adek : kaka’ mana ya? (mulai gerimis, hujan) aduh,
aku basah jadinya (melihat tempat berteduh) tapi aku janji gak ninggalin tempat
sbelum kaka’ datang. Nanti kalau kaka’ bingung nyari ade’ gmana? Kasian.
Pokoknya ade’ harus tetap nunggu disini, biar basah ade’ gak apa-apa (duduk
memojok di samping bak sampah, digigit nyamuk, mulai menggigil)
Kakak : (datang berlarian dg plastik hitam berisi
makanan sisa, paha ayam atw lebih tapatnya tulang dibalut sedikit daging ayam)
) ade’ knapa gak berteduh? (panik)
Adek : kan ade’ udah janji gak bakal ninggalin
tempat sbelum kaka’ pulang (tambah menggigil, bibir nampak biru)
Kakak : ayo kaka’ gendong ! (mengangkat tubuh mungil
18kg)
Adek : dingin ka’ ! (mata mulai menyipit)
---Kaka’ dan ade’ mau menyebrang
jalan raya, hujan turun masih dg derasnya, halilintar menjadi nada-nada
mengiringi nyanyian katak disawah (intermezzo- padahal sawahnya jauh di desa
sdgkan kaka’ dan ade’ ada di kota. Hah,,, nyambunnya kejauhan broo !)
Mobil : tin....tin, tot.... tot (klalson)
Adek : hati2 ka’klw nyebrang jalan !
Kakak : iya (tambah panik melihat kondisi adiknya)
------Menyebrang,
Supir
truk : gak kelihatan mang jalannya ! (jarak pandang 5m)
Kernet : pelan-pelan wae ming !. ahhhh (
menguap, ngantuk)
Orang-orang:
WOE, awas .....! (teriak keras, tp kalah
keras dg hantaman hujan pd
genting warga)
-------Brakkkkkkkkkkkk......
!
Masih
di kamar, 12 agustus’14
04.20
a.m
Komentar
Posting Komentar