Postingan

Menampilkan postingan dari Februari 7, 2016

BELUM USAI

Bilik Satu oleh ; faizhikigaya EDELWIS Aku masih membungkam dan membuta saat angin sore itu mulai membalut   tubuhku, tubuh ringkih yang sama seperti delapan tahun lalu,tubuh yang sama pula seperti saat tentara-tentara   menurunkan panser di jalanan kota, saat spanduk dan yel-yel dilawan dengan pentungan serta peluru dan tubuh yang sama yang memangku   Ra sahabatku saat terkapar akibat hantaman gagang senjata   yang sengaja disasarkan pada pelipis kanannya, darah yang mengalir tak kunjung berhenti. Ra mengalami pendarahan serius. Ra yang malang, mahasiswa semester tiga belas yang tak kunjung wisuda ini akhirnya harus menutup catatan pergerakan aktivisnya untuk selamanya . Yah,   Raisya Agni Olivia meninggal tepat di pangkuanku. Sore ini aku menyambangi makam Ra. Foto mahasiswa berjas kuning yang hobi berkebun itu masih setia menghiasi nisannya. “Ini edelwis untuk mu Ra” kataku sembari meletakkan bunga simbol keteguhan itu di atas makamnya. Terlalu sulit untuk melupakan Ra si

Tentang waktu yang kadang kala kita salah menerima

Gambar
puisi bung....! tentang waktu yang kala kita salah menerima SADAR, KAU BELUM MILIK KU Oleh: Hikigaya Lagi-lagi si senja meringkus sang raja cahaya Ku pikir bukan karena lemahnya Tapi, karena sadar semua ada batasnya Termasuk batas dimana ia harus berkuasa Sampai tiba masa saat dimana ia redup dan lenyap sepenuhnya Sakit memang ada dan terasa K awan , t api itu hal yang biasa Saat sakit, pedih, pahit, getir,   bisa kau rasa Maka kasih sayang dan cinta kan benar-benar terasa dalam jiwa Sungguh, orang gila mana yang tak inginkan bahagia? Tak ada So, regulasi siklus memang memaksa Harus B meski semua mengharap A Tapi, sekali lagi kutegaskan kawan ! bahwa do'a tak ada yang sia-sia Dan tak jenuh ku katakan kata bertuah yang entah siapa pencetusnya “segalanya akan indah pada waktunya” Roti misalnya. Saat waktunya matang nikmat dirasa Melati misalnya. Wangi   kan semerbak waktu kuncup menyisakan mekarnya Apa lagi? Banyak tentunya. Ku pikir kau

kita tetap berdiri bersama

Gambar
late post...terkait dengan interdependensi itu argh..., mungkin ini bukan kapasitas saya utk berpendapat, tp Sebagai salah satu dari sedikitnya satu juta kader PMII di indonesia saya akan bercoret-coret meski tak akan berefek pd keputusan pleno terkait back to NU (struktural) atw tetap interdepensi. tak diragukan lagi bahwa PMII dilahirkan dari rahim NU, sampai pada proses pergerakan yg menjadikan PMII kemudian membuat haluan utk independen dari NU hingga interdepensi dari NU. kata para "orang tua" kami, PMII sudah terlalu liar, sudah sulit dikondisikan utk dijadikan sbg kaum intelektual yg memback up ajaran ahlussunah wal jamaah an nahdliyah di indonesia. lebih sering demo dr pd beristigotsah. Hmmm, pak kami tidak pernah menyatakan sedikitpun keluar dari NU, kami juga tak pernah mengingkari bahwa NU adalah bapak kami. memang scr struktural kami belum sepakat utk masuk ke rumah tangga NU namun scr kultural kami tetap bertempat tinggal di NU. pak, N