Postingan

Menampilkan postingan dari November 13, 2016

KETAM WARNA BIRU

Gambar
Langit kala berbalut cahaya senja, bunyi berisik ombak memekak, seperti angkuh menghantam apapun diselasar pantai membuat ciut nyali para pelaut. Pria bernama Kalil itu merasa bahwa sore itu kehidupannya terasa lebih damai dan nyamaaan sekali. Tak harap beranjak barang sejengkal tangan sekalipun. Di tepian pantai itu Kalil tak mampu berbicara apapun. Dia diam dengan tubuh yang merebah dan menengadah ke angkasa. Binatang-binatang nokturnal mulai berlari kesana-kesini mencari rizki. Saat semua camar mulai meneduh dan Kedidi Putih menepi, justru si mungil warna biru tengah memulai langkah untuk berburu. menyusur pantai mencari sisa-sisa, jika beruntung dia akan mendapatkan udang kecil untuk santap malamnya. Kalil mengamati ketam itu dengan tatapan hampa, namun ternayata hatinya merasa bahwa kehidupan sederhana Ketam itu sangat indah. Tak terkait rasa malu bahkan gengsi dalam mencari rizki. Perenungan itu membawa Kalil tak sadar jika ketam itu tengah mennggali-gali celah di dekat rambu

Ikat Hingga Tamat

Gambar
Ikat Hingga Tamat Ku isi tanah liat dengan sebagianku untuk menghidupkanmu Dengan sebaik-baiknya aku menjadikan bentukmu Lalu bumi nan indah ini telah ku khalifahkan atasmu Nikmatilah dengan nafsu untuk sekadar mengecap nikmat  Akal agar kamu bisa berfikir tentang hidup yang lebih maju Nurani agar mampu merasakan cinta dan juga rindu Wahai hambaku, aku adalah pencipta segalamu Lalu, tiba-tiba belati kau tancapkan pada dada sesamamu Pun rudal-rudal mu merusak segala ciptaan indahku Cita-cita berkuasa di atas esa mekhalifa Mampu membuat lumpuh rindu dan juga cinta khalifahku Apakah yang membuatmu berfikir mampu bersaing dengan kuasaku Bacalah Segala keindahan yang menyerta bentuk, tempat dan kedudukanmu Tidakkah itu petunjuk untuk berbuat indah pula wahai khalifahku Ucap salam pada saudara-saudaramu Raih gelanyut gontai tangan para yatim itu Jabat erat dan dekap rapat Ikat hingga kisah mu tamat Markas Cabang, 13 April 2016  

SENJA MEREKAM

Gambar
                                                                           SENJA MEREKAM Senja kala itu tak ubahnya dengan senja-senja yang telah lalu, sinar ke-emasan surya mulai lenyap dan kembali menyisakan   kisah untuk diceritakan ke-esokan harinya. Kutilang itu pun tak ubahnya dengan merpati yang kian merapat ke sarang, tuk menyambut dan menikmati gelap bersama induknya. Bersama, saling menjaga dalam peraduan. Hmmm, indah, bahkan sangat indah Tuhan membuat skenario semacam ini, skenario yang tak semua   hambanya bisa memerankannya. Aku masih terdiam, memandang kilau keemasan senja yang kian redup, lalu menghilang. Seperi diriku empat tahun lalu, meredup lalu menghilang. Hanya saja surya masih bisa berjanji untuk kembali keesokan hari, sedangkan aku tak bisa menjanjikan apa-apa.    Dalam senja aku masih saja terdiam. “Kang Ichal..?” seru seorang anak kecil yang melintas membuyarkan lamunanku. Dengan   balutan mukena yang menutupi rambut dan sebagian wajah serta   kitab

Review Pemberontakan Petani Banten tahun 1888

Gambar
Nama                    : Muhammad Nur Faizin NIM.                     : 21613025 Jurusan                : Sejarah dan Kebudayaan Islam Semester            : VII Tugas                    : Review Buku Sejarah/Skripsi Sejarah   Makul                   : Seminar Sejarah Dosen                    : Rina Andriani Hidayat, MA. Dalam tugas review kali ini penulis mengambil buku “Pemberontakan Petani Banten tahun 1888” karya Prof. Dr. Sartono Kartodirjo. Buku Pemberontakan Petani Banten tahun 1888 ini merupakan salah satu   master piece yang di buat oleh seorang intelektual asli dari bangsa Indonesia yang namanya sudah mendunia, yaitu Prof. Dr. Sartono Kartodirjo.   Buku ini sangat layak di gunakan sebagai acuan atau referensi mahasiswa sejarah karena kredibilitas sumber yang di gunakan. Sumber kebanyakan berasal dari sumber primer meliputi traskrip rapat, dan segala bentuk pembukuan kelompok, bahkan sampai daftar anggota yang tewas pun