KETAM WARNA BIRU
Langit kala berbalut cahaya senja, bunyi berisik ombak memekak, seperti angkuh menghantam apapun diselasar pantai membuat ciut nyali para pelaut. Pria bernama Kalil itu merasa bahwa sore itu kehidupannya terasa lebih damai dan nyamaaan sekali. Tak harap beranjak barang sejengkal tangan sekalipun. Di tepian pantai itu Kalil tak mampu berbicara apapun. Dia diam dengan tubuh yang merebah dan menengadah ke angkasa. Binatang-binatang nokturnal mulai berlari kesana-kesini mencari rizki. Saat semua camar mulai meneduh dan Kedidi Putih menepi, justru si mungil warna biru tengah memulai langkah untuk berburu. menyusur pantai mencari sisa-sisa, jika beruntung dia akan mendapatkan udang kecil untuk santap malamnya. Kalil mengamati ketam itu dengan tatapan hampa, namun ternayata hatinya merasa bahwa kehidupan sederhana Ketam itu sangat indah. Tak terkait rasa malu bahkan gengsi dalam mencari rizki. Perenungan itu membawa Kalil tak sadar jika ketam itu tengah mennggali-gali celah di dekat rambu