MANHAJ FILSFAT DALAM PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA


MAKALAH
 AHLUSSUNAH WAL JAMAAH
SEBAGAI  MANHAJ FILSFAT DALAM
 PERGERAKAN MAHASISWA ISLAM INDONESIA
Dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Islam dalam Kebudayaan Nusantara
Dosen Pengampu: Rina Andriani, S.Hum,. M.A


Disusun Oleh:
Muhammad Nur Faizin           21613025



JURUSAN SEJARAH DAN KEBUDAYAAN ISLAM
FAKULTAS USULUDDIN, ADAB DAN HUMANIORA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
2015



Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT seru sekalian alam yang telah melimpahkan rahmat dan anugerahnya terhadap kita semua sehingga pada kesempatan kali ini masih diberikan kehidupan dan pembelajaran yang kondusif bagi diri kita. Salawat serta salam kita panjatkan kepada Nabi Muhamad SAW yang telah membimbing kita dari kegelapan hidup tanpa ilmu, menjadi hidup yag terang benderang dengan cahaya ilmu dan kasih sayang.
Manusia diciptakan Allah SWT di muka bumi ini adalah sebagai kholifah, sebagai pengelola bumi agar tetap lestari. Dalam proses berkehidupan ini manusia tidaklah bisa hidup tanpa ada regulasi yang jelas. Regulasi sangat dibutuhkan baik dari hukum positif Indonesia maupun hukum lokalitas di wilayah-wilayah tertentu hukum adat dan sebaginya. Hal ini ada untuk menjaga stabilitas sosial dalam bermasyarakat karena mustahil manusia bisa hidup secara individu dan tanpa regulasi, maka dari itu untuk mendapatkan tujuan kita, kita harus berkelompok, bergerak di bumi untuk suatu tujuan, namun bergerak kita harus memiliki  system yang jelas, mampu mengerti medan pergerakan kita, hal ini bisa dilakukan dengan cara mengetahui analisa social dan analisa diri, hal-hal seperti ini diajarkan dalam PMII dan tentunya juga tentang Ahlussnah wal jamaah sebagai filsafat dalam bergerak sebagai manusia yang berstatus mahasiswa. Dalam makalah ini akan dijelaskan tentang aspek filosofis dalam PMII mulai dari yang paling sederhana yaitu penamaan sampai pada nilai dasar pergerkan dan implementasi.  
Penulis





BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Allah tidak akan merubah nasib suatu kaum hinga kaum tersebut mau mengubah nasibnya sendiri, dari sini kita mngetahui bahwa untuk mewujudkan semacam perubahan dalam diri kita kita harus berusaha, kita harus bergerak menuju apa yang kita inginkan. Dalam konteks yang lebih luas kita tentu mengaharap suatu penghidupan yang sejahtera di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini, kita mengharap NKRI menjadi negara yang Gemah ripah loh jinawi dan negeri yang madani yang menaungi rakyat dengan unsur toleransi dalam pluralitas yang ada dari segi budaya, keyakinan, dan sebagainya, namun perlu diketahui juga bahwa sebatang lidi akan mudah dipatahkan maka dari itu lidi harus berkumpul dengan lidi-lidi yang lain untuk menjadi kuat dan tidak mudah dipatahkan. Begitupun dengan kita, untuk mewujudkan harapan perubahan tersebut, jika hanya dengan kekuatan kita sendiri maka itu sangat sulit, mudah dipatahkan, maka dari itu kita harus berkumpul dengan orang lain yang setujuan lalu mengorganisir tindakan untuk bersama-sama mencapai tujuan. Tepatnya tanggal 17 April 1960 di Surabaya mahasiswa Nahdlatul Ulama berkumpul untuk mencapai tujuan bersama untuk Islam dan NKRI dengan membentuk Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII). Dalam pergerakannya PMII memiliki landasan kuat yaitu dengan Ahlussunah Wal Jamaah yang dijadikan sebagai ideology dan aliran filsafat islam, yang berbeda dengan Muktazilah, syiah, khawarij dan sebagainya.

B.  Rumusan Masalah
1.      Apa saja aspek filosofis yang terkandung dalam PMII?
2.      Bagaimana Ahlussunah Wal Jamaah dijadikan sebagai manhaj  filsafat PMII?        

BAB II
PEMBAHASAN
A.      Pengertian  PMII
Pendirian Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia atau PMII diawali dengan keinginan mahasiswa Nahdlatul Ulama (NU) yang berharap untuk bisa terlibat langsung sebagai satu institusi resmi dalam membangun dan mengawal NKRI maka dibentuklah wadah gerakan tersebut dengan sebutan Ikatan Mahasiswa Nahdhatul Ulama (IMANU) pada akhir tahun1955, namun hal ini justru mendapat tentangan dari induk organisasi NU yaiutu, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), alasanya adalah karena IPNU atau Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama baru berdiri pada 1954, jadi untuk efisiensi gerakan NU, PBNU memandang belum perlu untuk membentuk PMII. Namun, gelora politik dalam diri mahasiswa NU ditambah tidak terakomodirnya aspirasi mahasiswa NU, maka  Pengurus Besar IPNU pada 14-16 Maret 1960 di Kaliurang mengadakan Konferensi Besar IPNU I yang membahas tentang pendirian oraganisasi mahasiswa NU, akhirnya dari situ diperolah kesepakatan bahwa NU akan membentuk PMII, kemudian deklarasi pendirian PMII pun dilakukan pada17 April 1960 di Surabaya.
Dalam prosesnya PMII terlibat langsung dalam upaya aktif pengawalan NKRI, mislnya saja pada peristiwa Reformasi 1998 dimana seluruh organisasi mahasiswa meleburkan diri menjadi KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia) disitu Ketua Umum PB PMII yaitu Zamroni menjabat sebagai Presidium I KAMI yang menggelorakan semagat mengkritisi dan mereform Orde Baru.

B.       Pengertian Filsafat
Filsafat berasal dari kata Yunani yaitu filosofia, yang berasal dari kata kerja filosofein yang berarti mencintai kebijaksanaan. Dari kata ini kemudian lahirlah kata Inggris Philosophy yang biasanya diterjemahkan sebagai “cinta kearifan” [1]    
Arti yang terkandung secara etimologis tadi  belum cukup untuk mewakili penggunaan kata filsafat secara luas, terutama dalam konteks agama islam. Menurut Francis Bacon filsafat adalah induk agung dari ilmu-ilmu dan filsafat menangani semua pengetahuan sebagai bidangnya. Lantas al Farobi mengartikan filsafat sebagai ilmu yang menyelidiki hakikat  yang sebenarnya dari segala yang ada. Pada intinya filsafat adalah pokok dari ilmu untuk mengerti segala hal tentang  sesuatu.
Dalam islam filsafat di periodisasi menjadi tiga bagian yaitu, periode filsafat pertama, berlangsung mulai abad ke 8 saampai dengan abad ke 11 M, dimana pemikiran filsafat islam di dominasi oleh al Kindi, al Farobi, ar Razi dan Ibn Sina. Kedua, periode Kalam Asy’ari, mulai abad 9 sampai 11 M di Bagdad. Periode kedua, adalah pada abad 11 sampai abad 12 yang berkembang di Spanyol dan Magrib. Tokohnya Ibn Majah, Ibn Tufail, Ibn Rusyd.[2]        

C.       Ahlussnah Wal Jama’ah (ASWAJA)
Ahlussnah Wal Jama’ah berasal dari kata kata Arab Ahlun, artinya keluarga. Kata As sunah, artinya segala yang bersumber dari Rosul SAW. Jamaah, artinya adalah banyak orang/ gerombolan. Secara istilah Alussunah Wal Jamaah berarti adalah keluarga atau orang-orang yang mengikuti hal-hal yang bersumber dari Rosulullah SAW.
Di kalangan pesantren biasanya ajaran Ahlussnah Wal Jama’ah dikaitkan dengan keyakinan teologi berdasaran pendapat Abu Hasan Al Asy’ari dan Abu Mansur Al Maturidi, dalam Tasawuf mengikuti Imam Ghazali, dan Imam Al Junaidi sedang dalam hal Fiqih imam mazhab arba’ah yaitu Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Hambali.    
 Dikarenakan fleksibilitas ajarannya, maka faham tersebut tidak hanya berkutat pada permasalahan teologis atau hubungan vertical ketuhanan saja tetapi berkembang luas secara horizontal dalam berbagai bidang kehidupan.[3]
Di PMII sendiri ASWAJA di ekstrak ajaran-ajarannya kemudian di manifestasikan dalam bentuk kurikulum dasar pengetahuan di PMII, iantaranya adalah adanya Nilai Dasar Pergerakan (NDP).    
D.      Aspek Filosofis PMII
1.      Makna Pergerakan
Pergerakan yang dimaksud di PMII adalah dinamika dari hamba (mahkluk) yang senantiasa bergerak menuju tujuan idealnya memberikan manfaat bagi alam sekitarnya. Dalam konteks individual maupun organisatoris-komunitas, kiprah PMII haruslah senantiasa mencerminkan pergerakan menuju kondisi yang lebih baik sebagai perwujudan tanggung jawabnya memberi rahmat pada lingkungannya. “Pergerakan” dalam hubunganya dengan organisasi mahasiswa menuntut upaya sadar untuk membina dan mengebangkan potensi ketuhanan dan potensi kemanusiaan agar gerak dinamika menuju tujuannya selalu berada didalam kualitas kekhalifahanya.[4]      
Aplikasi pergerakan dalam PMII merupakan gerakan-gerakan konservatif dimana PMII tetap mempertahakan budaya-budaya lokal yang ada, melestarikannya karena itu peninggalan dari pendahulu kita yang tentunya memiliki nilai arif dan luhur atau yang populer dengan istilah karifan lokal. Hal ini sangat mirip sekali dengan prinsip NU “mempertahakan budaya lama yang baik, dan mengambil budaya baru yang lebih baik”.
2.      Makna Mahasiswa
Mahasiswa adalah golongan generasi muda yang menuntut ilmu di perguruan tinggi yang mempunyai identitas diri. Identitas diri mahasiswa terbangun oleh citra diri sebagai insan relijius, insan social, insan dinamis dan insan mandiri.  Dari identitas tersebut terpantul tanggungjawab keagamaan,  tanggung jawaab intelektual, tanggungjawaab social kemasyarakatan dn tanggungjawab individual baik sebagai hamba Tuhan maupun sebagai warga bangsa dan Negara.[5]
  Termaktub pula dalam Tri Dharma perguruan tinggi bahwasanya  mahasiswa itu melaksanakan “pendidikan, penelitiaan dan pengabdian pada masyarakat” yang berarti tanggungjawab status mahasiswa meruapakan hal besar tidak  bisa Cuma sekedar leha-leha dalam menjalani pendidikan diri sebagai  mahaisiswa. Disini PMII mengambil peran sebagai pendidik ekstra (non-kampus) dengan kompetensi keilmuan lain yang turut berguna dalam kehidupan beragama dan bernegara. Dalam kehidupan beragama PMII menanamkan Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang berisi tentang hubungan dengan Tuhan, sesama manusia dan alam semesta. Dalam kehidupa bernegara PMII mengajarkan bagi mahasiswa untuk cinta tanah air yang termaktub dalam mars PMII “Untukmu satu  tanah air ku, Untukmu satu  keyakinanku” dan termaktub pula  asas Pancasila dalam Anggaran Dasar PMII.
3.      Makna Islam
Islam sebagai agama yang dipahami dengan haluan/ paradigm Ahlussunah wal jamaah, yaitu konsep pendektan terhadap ajaran agama islam  secara proporsional antara iman, islam dan ihsan yang di dalam pola pikir, pola sikap  dan pola prilakunnya tercermin sifat-sifat selektif, akomodatif dan integratif.[6]


Islam yang diajarkan di PMII adalah  islam yang cinta damai, yang mengacu pada pemikiran Abu hasan Al as’ari dalam bidang aqidah, dalam bidang fiqh megacu  pada imam Ghozali dan Maturidi. Dalam dewasa ini PMII secara kultur gerakan mengikuti pada Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang pluralis dan toleran.
4.      Indonesia
Indonesia adalah masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia yang mempunyai falsafah dan ideologi bangsa (pancasila) serta UUD 45 dengan kesadaran kesatuan dan keutuhan bangsa yang terbentang dari sabang saampai merauke yang diikat dengan kesadaran wawasaan nusantara. [7]
Indonesia itu terdiri dari berbagai suku, agama dan bangsa dibutuhkan suatu hal yang benar-benar kuat dalam mempertahankan Indonesia, mengesampingkan kepentingan individu dan golongan. Dalam hal ini kita warga Indonesia memiliki pancasila dan sejarah perjuangan bangsa yang selalu kita ingat agar kita mampu berfleksi diri untuk bersama-sama menjaga keutuhan NKRI.     
Dalam perspektif PMII gerakan kultural sangatlah penting, upaya pengembangan diri dan masyarakat yang berbasis pada pancasila dan Ahlussunah wal jamaah yang diajarkan KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Wahab Hasbullah.     

E.            ASWAJA sebagai manhaj filsafat PMII
Manhaj atau cara PMII dalam menggunakan ASWAJA sebagai landasan filosofis pergerakanknya adalah dengan mengekstrak ajaran ASWAJA menjadi semacam etika tau moral pergerakan. Dalam PMII hal tersebut  dikenal sebagai Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang terdiri dari: 

1.Tauhid. Tauhid adalah mengesakan Allah, tidak menyekutukannya dengan apapun dan siapapun. Meyakini bahwa Allah adalah sang maha pencipta yang tidak tergoyahkan.
Dari sini para kader PMII diajarkan untuk memilki keyakinan dan komitmen kuat dalam beraqidah, tidak tergoyahkan dengan ideology-ideologi lain yang bisa jadi terlihat lebih ideal. Tauhid ini sangat penting sekali mengingat lahan pergerakan mahasiswa sebagai agen intelektual pasti melingkupi banyak bidang, tidak dipungkiri akan senantiasa bersinggunngan dengan ideologi dan paham yang berbeda atau makah bertentangan. Dari sini konsep tauhid bekerja, yaitu sebagai benteng dari ideology dan paham apapun yang bisa mencemari akidah. 

2.      Hablumminallah (hubungan dengan Allah)
Habluminnallah atau hubungan dengan Allah merupakan hal penting, untuk mengingat akan tugas manusia dibumi, yaitu di utus Allah di bumi untuk dijadikan sebagai kholifah. Selain itu hubungan dengan Allah juga mengisyaratkan akan status kita sebagai seorang hambanya, yang harus selalu taat dengan perintah dan menjauhi larangannya. Dengan adanya system seperti ini akan menjadikan kader PMII lebih santun dalam menjalankan fungsi pergerakannya dengan tetap tidak menafikan unsure-unsur agama dalam setiap kegiatannnya. 

3.      Hablumminannas (hubungan dengan manusia)
Hubungan dengan sesama manusia adalah tentang bagaimana kita berprilaku  baik dengan sesame manusia. Saling menjaga, salinng tolong menolong dan saling toleransi terutama dalam tatanan masyarakat seplural Indonesia, dengan ratusan suku, budaya dan berbagai macam agama dan keyakinan. Hal ini tidak lain adalah untuk  menciptakan kedamaian hidup, menciptakan kondisi Civil Society (masyakat madani) yang selama menjadi idaman tiap manusia yang hidup  di bumi. Allah sendiri dalam al Qur’an telah mengakatakan “ atta’awanu bil ma’ruf” artinya saling tolong menolonglah kalian dalam hal kebaikan selain itu Allah juga mengatakan yang dalam bahasa Indonesia artinya adalah  “ sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan beramal saleh dan saling berwasiat terhadap kebenaran dan kesabaran” Disini kita bisa mengetahui bahwasannya yang bertindak peduli dengan orang lain, mau saling memperhatikan, mengingatkan satu dengan yang lain (sesame manusia) maka dia adalah orang yang beruntung. Selain itu dalam ilmu disiplin ilmu lain dikatakan bahwa manusia adalah makkhluk social yang mana tidak dapat hidup sendiri, artinya manusia membutuhkan peran kelompok dalam hidupnya.  

4.      Hablumminal ‘alam (hubungan dengan alam)
Hablumminal ‘alam adalah manhaj lain yang dijadikan sebagai dasar pergerkan PMII. Artinya dalam setiap prilakunya kader PMII senatiasa memperhatikan sekitarnya (alam) karena sadar bahwasanya  alam ini perlu di jaga, perlu dilestarikan sebagai umpan balik penggunaan segala bentuk sumber daya alam yang selama ini  kita pergunakan.  dalam hidup ini bukankah  kita mengetahui akan adanya sunatullah/hukum alam. Dalam hukum alam kausalitas akan berlaku, misalnya bendungan tersumbat akan mengakibatkan banjir, penebangan pohon secara tak teratur akan mengkibatkan tanah longsor. Hal ini  lah yang kemudian membuat kader PMII ditanamkan nilai Hablumminal ‘alam karena jika hubugan terjalin dengan baik, maka kondisi akan stabil.
ASWAJA memberikan rambu-rambu yang jelas agar kita dapat berpikir secara runtut, teratur dan selalu memadukan dalil naqliyah (yang berbasis Al qur’an dan hadis) dan aqliyah (yang berbasis akal budi) serta dalil  waqiah (yang berbasis pengalaman).[8]

 Begitulah PMII dalam menggunakan ASWAJA sebagai landasan filsafatnya dalam melakukan pergerakan. Tidak seperti halnya filsafat yang telah di kemukakan filsuf barat yang beraliran misalnya empirisme, rasionalisme dan sebagainya. Filsafat dalam ASWAJA pun berbeda dengan filsafat islam lain yang dicetuskan pada sekitar abad ke 10 M oleh Al Kindi, Ar Razi, Ibnu Sina yang oleh cendrung pada pemikiran filsuf Yunani yang  tidak tersrntuh agama dalam pemikirannya. Memisahkan nilai-nilai ajaran islam dengann ilmu pengetahuan dan teknologi adalah suatu pandangann yang keliru. Apalagi kalau sapai menganggap bahwa islam hannya sebagai sebuah agama an sich. Lebih nyasar lagi kalau pemahaman ini semakin dipersempit, hingga member kesan bahwa ajaran islam hanya mengakomodasi kepentingan  hidup di akhirat. Padahal al qur’an dan hadis sebaga sumber utama ajaran Islam kandungannya tidak hanya berisi masalah ibadah semata.[9] 
Islam memberikan banyak sekali disiplin ilmu untuk dikaji, islam mengajarkan kehidupan dengan sesama manusia, berpollitik, berekonomi, berperang, berpemikiran dan sebagainya. Selain itu  hubungann dengan tuhan tentang ibadah, pahala, dosa dan sebagainya. Sampai pada aspek yang sangat kecil pun Islam mengajarkan, misalkan saja tentang cara membersihkan kotoran najis dari lantai.  Tidak heran jika dikatakan “Islam adalah agama yang sempurna” seperti halnya firman Allah SWT dalam QS. Al maidah ayat 3, yang artinya “ pada  hari ini telah kusempurnakan untukmu agamamu dan telah kucukupkan kepadammu nikmatku dan telah kuridhai islam itu sebagai agama bagimu”      






BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
Aplikasi pergerakan dalam PMII merupakan gerakan-gerakan konservatif dimana PMII tetap mempertahakan budaya-budaya lokal yang ada, melestarikannya karena itu peninggalan dari pendahulu kita yang tentunya memiliki nilai arif dan luhur atau yang populer dengan istilah karifan lokal.
Manhaj atau cara PMII dalam menggunakan ASWAJA sebagai landasan filosofis pergerakanknya adalah dengan mengekstrak ajaran ASWAJA menjadi semacam etika tau moral pergerakan. Dalam PMII hal tersebut  dikenal sebagai Nilai Dasar Pergerakan (NDP) yang terdiri dari Tauhid,  Hablumminallah , Hablumminnas dan Hablumminnal ‘alam .
Ahlussunah Wal Jamaah atau ASWAJA sebagai manhaj/cara berfilsafat kader PMII. Ajaran ASWAJA diserap dan di wujudkan dalam bentuk Nilai Dasar Pergerakan atau  etika, sikap moral yang harus dipenuhi dalam setiap tindakan dan pemikiran. Yang membedakan dengan filsafat barat adalah dari segi landasan epistimologis, yaitu dari dalil Aqliyah, naqliyah dan Waqiah.







DAFTAR PUSTAKA
Asmoro Ahmadi. Filsafat Umum. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 2011
Prof. Dr. H. Jalaluddin. Filsafat Pengetahuan. Jakarta. PT Grafindo Persada. 2013
Muhammad Makdum. Internalisasi Nilai-nilai Dalam Kehidupan Modern. Jurnal Bonang. (Tuban : Lajnah Ta’lif Wan Nasy’r)
Akhirobin. Khusnul Revitalisasi Nilai-nilai Ahlussunah Wal jama’ah sebagai  Gerakan Pembaharuan dalam Nahdatul  Ulama. Jurnal Bonang. Tuban : Lajnah Ta’lif Wan Nasy’r. 2012
Makdum Muhammad. Internalisasi Nilai-nilai Dalam Kehidupan Modern. Jurnal Bonang. Tuban : Lajnah Ta’lif Wan Nasy’r. 2012














Lampiran
Mars PMII
Inilah kami wahai Indonesia
Satu barisan dan satu cita
Pembela bangsa penegak agama
Tangan terkepal dan maju ke muka
Habislah sudah masa yang suram
Selesai sudah derita yang lama
Bangsa yang jaya islam yang benar
Bangun tersentak dari bumi ku subur
Dengan mu PMII pergerakan ku  -Ref-
Ilmu dan bakti ku berikan
Adil dan makmur ku perjuangkan
Untukmu satu tanah air ku
Untuk mu satu keyakinan ku
Inilah kami wahai Indonesia
Satu angkatan dan satu jiwa
Putera bangsa bebas merdeka
Tangan terkepal dan maju ke muka
-Ref-



[1] Ahmadi Asmoro. Filsafat Umum. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Hlm. 3
[2] Ahmadi Asmoro. Filsafat Umum. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada) Hlm. 100

[3] Muhammad Makdum. Internalisasi Nilai-nilai Dalam Kehidupan Modern. Jurnal Bonang. (Tuban : Lajnah Ta’lif Wan Nasy’r)
[4] PC PMII Salatiga. MAPABA. (Kota Gede: Lingkar Media, 2015). Hlm. 3 
[5] Ibid. Hlm. 4
[6] PC PMII Salatiga. MAPABA. (Kota Gede: Lingkar Media, 2015). Hlm. 4
[7]  PC PMII Salatiga. MAPABA. (Kota Gede: Lingkar Media, 2015). Hlm. 4
[8]Khusnul Akhirobin. Revitalisasi Nilai-nilai Ahlussunah Wal jama’ah sebagai  Gerakan Pembaharuan dalam Nahdatul  Ulama. Jurnal Bonang. (Tuban : Lajnah Ta’lif Wan Nasy’r). hlm. 138 
[9] Prof. Dr. H. Jalaluddin. Filsafat Pengetahuan. Jakarta. PT Grafindo Persada. 2013

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Prakerin Peksos

Review Pemberontakan Petani Banten tahun 1888

INSTRUMEN WAWANCARA (ASESSMENT)