Demi waktu, kami memang fana

"Demi waktu, kami memang fana"


Rumah Embah. 

It was fifteen years ago. Pohon jambu di depan rumah itu masih gagah, rimbun buah dan hijau daunnya. Suka ku panjat untuk ku petik buahnya dan kumakan langsung di atas pohon atau sekedar menengok telur burung emprit di rerantingan tanpa merusak sarangnya nya.


It was fifteen years ago. Halaman rumah ini dipenuhi rumput jepang yg sangat tebal, saking tebalnya bahkan tak sejengkal tanah pun kelihatan. Tanpa tikar pun sudah enjoy dibuat tiduran. Tp kalau gak hati-hati bisa kena tai ayam😸. Biasanya para tetangga juga minta rumput utk di tanam di halaman rumah-rumah mereka. Dan si mbahku dengan senang hati mempersilahkannya. 


It was fifteen years ago. Setiap sore terkadang juga malam hari aku dan adikku Ilham main bola plastik berdua, aku kiper dia yg menendang, ketika gol gantian dia yg jaga dan aku yg menendang. Tak jarang bola kami nyasar di dinding rumah tetangga yg saat itu masih kayu. 


It was fifteen years ago. Ketika si mbah wafat tahun 2006, beberapa bulan setelahnya aku dan adikku ilham masih sering tidur di sini berdua saja. Mengurus ayam, dan merawat perabotan yg ada. Kami masih sering main bola plastik. Terkadang kami diberi camilan oleh tetangga yg kebetulan tahu ada kami di sini. Terkadang juga saat tengah malam bapak datang utk menyuruh kami pulang dan tidur di rumah. Sampai akhirnya aku mulai pergi ke pesantren dan mulai jarang mengunjungi rumah si mbah ini sampai sekarang. 


Idul fitri 2021. Rumah si mbah hanya menyisakan ruang tamu. Pohon jambu mengering, mati. Tak nampak sedikitpun rumput jepang di halaman. Silaturahmi dengan tetangga al marhum si mbah dan mereka selalu bercerita tentang sesuatu yg membuat haru. Mereka ijin utk menggunkan sedikit bagunan rumah si mbh utk menjemur pakaian dan memarkir kendaraan. 


Demi waktu, kami memang fana'.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Laporan Prakerin Peksos

Review Pemberontakan Petani Banten tahun 1888

INSTRUMEN WAWANCARA (ASESSMENT)